Cari Blog Ini

Jumat, 11 Desember 2009

Bukan Cicak Saja, Komodo Siap Lawan Buaya

 “Piiissss.....!!!” teriaknya lantang di atas panggung sambil mengacungkan kedua jari tangan kanannya yang membentuk huruf “V”, sedangkan tangan kirinya mengacungkan gagang mikrofon ke arah ribuan penonton yang berjingkrak mengikuti irama musik idola mereka tersebut. Puluhan bendera beraneka ukuran dengan lambang mirip kupu-kupu yang dilambai-lambaikan oleh para penonton semakin memeriahkan alunan suara serak sang vokalis berrambut gondrong dan keriting itu. Badannya yang kurus tanpa baju terlihat basah oleh keringat yang mengucur deras karena tenaganya terkuras untuk menyanyikan lagu-lagu andalan mereka yang sudah begitu populer di kalangan generasi muda, seperti Orkes Sakit Hati, Balikin, Gosip Jalanan dan lain sebagainya.
Akhadi Wira Satriaji, itulah nama lengkapnya dan lebih populer dengan nama panggilan Kaka Slank. Ia adalah seorang vokalis dari sebuah grup musik Slank, yaitu sebuah grup musik besar di tanah air, yang lagu-lagunya mudah dicerna oleh orang awam, dan akhir-akhir ini sering dibumbui dengan kritikan-kritikan pedas bagi para pejabat negara. Tak heran jika grup musik ini memiliki jutaan penggemar di seantero negeri.
Nama Kaka Slank memang sudah tidak asing lagi bagi mayoritas anak-anak muda di Indonesia, utamanya bagi para “Slankers”, sebutan bagi para penggemar grup musik Slank. Gayanya yang semaunya sendiri atau “slengekan” saat tampil di panggung sudah menjadi ciri khas bagi pria kelahiran Jakarta, 10 Maret 1974 ini. Walaupun ia bukan pendiri grup musik Slank dan baru bergabung ke dalam Slank setelah Slank menelurkan albumnya yang ketujuh, namun sebagai seorang vokalis ia juga dapat dikatakan sebagai ikon bagi grup musik Slank. Sehingga Slank sangat identik dengannya.
Bersama teman-temannya di Slank, ia mendapat kepercayaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengkampanyekan budaya anti korupsi. Menurut Ketua KPK pada waktu itu, Antasari Azhar, KPK dan Slank tidak bisa dipisahkan dalam hal pemberantasan korupsi. Tak heran jika beberapa waktu lalu saat terjadi kekisruhan antara KPK dan Polri yang sering diistilahkan dengan “Cicak Lawan Buaya”, pria yang dianugerahi seorang anak perempuan bernama Chaska Satriaji hasil dari pernikahannya dengan Natascha ini mengatakan dengan lantang akan melawan buaya dengan komodo.
"Gue malah mau pelihara komodo buat ngelawan buaya," tegasnya.



Kamis, 10 Desember 2009

22 CPNS Baru Siap Perkuat Formasi NTT

  Tahun 2009 ini BPK RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat berbahagia karena mendapatkan suply pasukan baru dari hasil penyaringan 2008. Mereka adalah adalah para CPNS yang baru saja diterima dan telah menyelesaikan pendidikan dan latihan (diklat) auditor terampil dan auditor ahli yang diselenggarakan oleh BPK RI. 
 Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 22 orang tergabung dalam pasukan ini. Mereka adalah para lulusan DIII dan S1 dari berbagai latar belakang jurusan pendidikan. Apabila pada tahun-tahun sebelumnya para CPNS yang dikirim ke BPK RI Perwakilan Provinsi NTT didominasi oleh para lulusan dari jurusan Akuntansi baik itu sarjana ataupun sarjana mudanya, untuk kali justru sebaliknya. Dari 22 orang tersebut, hanya 9 orang yang berasal dari jurusan Akuntansi, yang terdiri dari 8 orang lulusan S1 dan 1 orang lulusan DIII. Sedangkan 13 orang lainnya berasal dari berbagai jurusan, yaitu: 2 orang dari lulusan S1 Teknik Sipil, 5 orang lulusan S1 Hukum, 2 orang lulusan S1 Administrasi Negara, 1 orang lulusan DIII Sistem Informasi, 2 orang lulusan DIII Manajemen, dan 1 orang lulusan DIII Teknik Elektro. Hal ini memang dirasa cukup tepat mengingat masih minimnya jumlah pegawai yang berasal dari jurusan non akuntansi di perwakilan tersebut, sedangkan kebutuhan akan tenaga non akuntansi cukup besar. 
 Sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya, para CPNS baru tersebut juga berasal dari tiga tempat diklat yang berbeda, yaitu: Pusdiklat BPK RI Pusat di Kalibata, Balai Diklat BPK RI Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Yogyakarta, dan Balai Diklat BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar. Mereka datang ke Kupang (lokasi dimana BPK RI Perwakilan Provinsi NTT berkedudukan) secara bertahap. Pada tahap pertama ditandai dengan datangnya CPNS dari DIII Akuntansi. Kemudian dilanjutkan dengan CPNS dari S1 Akuntansi pada tahap kedua. Setelah itu, para CPNS dari jurusan non-akuntansi menyusul pada tahap ketiga, dan pada tahap keempat atau tahap terakhir ditandai dengan datangnya CPNS dari jurusan S1 non-akuntansi. 
 Dengan hadirnya 22 CPNS baru tersebut, diharapkan kebutuhan pegawai di BPK RI Perwakilan Provinsi NTT dapat terpenuhi, mengingat begitu banyaknya entitas yang ada di Provinsi NTT yang harus diperiksa oleh perwakilan tersebut.