“Piiissss.....!!!” teriaknya lantang di atas panggung sambil mengacungkan kedua jari tangan kanannya yang membentuk huruf “V”, sedangkan tangan kirinya mengacungkan gagang mikrofon ke arah ribuan penonton yang berjingkrak mengikuti irama musik idola mereka tersebut. Puluhan bendera beraneka ukuran dengan lambang mirip kupu-kupu yang dilambai-lambaikan oleh para penonton semakin memeriahkan alunan suara serak sang vokalis berrambut gondrong dan keriting itu. Badannya yang kurus tanpa baju terlihat basah oleh keringat yang mengucur deras karena tenaganya terkuras untuk menyanyikan lagu-lagu andalan mereka yang sudah begitu populer di kalangan generasi muda, seperti Orkes Sakit Hati, Balikin, Gosip Jalanan dan lain sebagainya.
Akhadi Wira Satriaji, itulah nama lengkapnya dan lebih populer dengan nama panggilan Kaka Slank. Ia adalah seorang vokalis dari sebuah grup musik Slank, yaitu sebuah grup musik besar di tanah air, yang lagu-lagunya mudah dicerna oleh orang awam, dan akhir-akhir ini sering dibumbui dengan kritikan-kritikan pedas bagi para pejabat negara. Tak heran jika grup musik ini memiliki jutaan penggemar di seantero negeri.
Nama Kaka Slank memang sudah tidak asing lagi bagi mayoritas anak-anak muda di Indonesia, utamanya bagi para “Slankers”, sebutan bagi para penggemar grup musik Slank. Gayanya yang semaunya sendiri atau “slengekan” saat tampil di panggung sudah menjadi ciri khas bagi pria kelahiran Jakarta, 10 Maret 1974 ini. Walaupun ia bukan pendiri grup musik Slank dan baru bergabung ke dalam Slank setelah Slank menelurkan albumnya yang ketujuh, namun sebagai seorang vokalis ia juga dapat dikatakan sebagai ikon bagi grup musik Slank. Sehingga Slank sangat identik dengannya.
Bersama teman-temannya di Slank, ia mendapat kepercayaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengkampanyekan budaya anti korupsi. Menurut Ketua KPK pada waktu itu, Antasari Azhar, KPK dan Slank tidak bisa dipisahkan dalam hal pemberantasan korupsi. Tak heran jika beberapa waktu lalu saat terjadi kekisruhan antara KPK dan Polri yang sering diistilahkan dengan “Cicak Lawan Buaya”, pria yang dianugerahi seorang anak perempuan bernama Chaska Satriaji hasil dari pernikahannya dengan Natascha ini mengatakan dengan lantang akan melawan buaya dengan komodo.
"Gue malah mau pelihara komodo buat ngelawan buaya," tegasnya.
Akhadi Wira Satriaji, itulah nama lengkapnya dan lebih populer dengan nama panggilan Kaka Slank. Ia adalah seorang vokalis dari sebuah grup musik Slank, yaitu sebuah grup musik besar di tanah air, yang lagu-lagunya mudah dicerna oleh orang awam, dan akhir-akhir ini sering dibumbui dengan kritikan-kritikan pedas bagi para pejabat negara. Tak heran jika grup musik ini memiliki jutaan penggemar di seantero negeri.
Nama Kaka Slank memang sudah tidak asing lagi bagi mayoritas anak-anak muda di Indonesia, utamanya bagi para “Slankers”, sebutan bagi para penggemar grup musik Slank. Gayanya yang semaunya sendiri atau “slengekan” saat tampil di panggung sudah menjadi ciri khas bagi pria kelahiran Jakarta, 10 Maret 1974 ini. Walaupun ia bukan pendiri grup musik Slank dan baru bergabung ke dalam Slank setelah Slank menelurkan albumnya yang ketujuh, namun sebagai seorang vokalis ia juga dapat dikatakan sebagai ikon bagi grup musik Slank. Sehingga Slank sangat identik dengannya.
Bersama teman-temannya di Slank, ia mendapat kepercayaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengkampanyekan budaya anti korupsi. Menurut Ketua KPK pada waktu itu, Antasari Azhar, KPK dan Slank tidak bisa dipisahkan dalam hal pemberantasan korupsi. Tak heran jika beberapa waktu lalu saat terjadi kekisruhan antara KPK dan Polri yang sering diistilahkan dengan “Cicak Lawan Buaya”, pria yang dianugerahi seorang anak perempuan bernama Chaska Satriaji hasil dari pernikahannya dengan Natascha ini mengatakan dengan lantang akan melawan buaya dengan komodo.
"Gue malah mau pelihara komodo buat ngelawan buaya," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar